Krisis
ekonomi Yunani telah menjalar ke negara-negara lain uni Eropa, antara
lain Spanyol, Italia, dan Portugal. Akibatnya, Uni Eropa secara
keseluruhan mengalami krisis ekonomi. Tidak berhenti sampai di situ,
krisis tersebut mulai menjalar ke ekonomi global, menyebabkan
perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia. Masih segar dalam ingatan bahwa
sebenarnya dunia ini baru saja dihantam krisis ekonomi pada 2008. Hanya
selang beberapa tahun, dunia ini sudah kembali mengalami ancaman krisis
ekonomi.
Kapitalisme
mungkin menjadi salah 1 tersangka utama penyebab rentannya ekonomi
dunia mengalami krisis ekonomi. Sempat terjadi gelombang protes
besar-besaran di Amerika oleh massa terhadap wall street. Kapitalisme dituduh sebagai penyebab kesenjangan ekonomi dan krisis ekonomi. Apakah tuduhan tersebut memang benar?
Kapitalisme
berasal dari kata “kapital”, artinya “modal”. Sistem kapitalisme
pertama kali diciptakan oleh Adam Smith dalam bukunya yang berjudul “The Wealth of Nations”. Sistem kapitalisme sebenarnya dibuat untuk menolong
perusahaan-perusahaan mendapatkan modal untuk memajukan perusahaan.
Selain itu, sistem ini juga memberikan kesempatan kepada masyarakat
untuk ikut ambil bagian dalam perusahaan, ikut memiliki perusahaan, dan
ikut meraih keuntungan dari perusahaan. Kesempatan itu bisa dicapai
dengan cara membeli saham perusahaan.
Penulis
meyakini bahwa sebenarnya tidak ada yang salah dengan kapitalisme.
Sebaliknya, justru kapitalisme tersebut dibuat untuk tujuan yang baik.
Sejarah menunjukkan bahwa pada masa-masa awal diberlakukannya
kapitalisme, jarang terjadi krisis ekonomi seperti sekarang. Pada
masa-masa awal kapitalisme tersebut, belum ada internet; karena itu
perdagangan saham dilakukan secara manual dengan bertemu di 1 tempat dan
menggunakan tulisan di papan dan kertas dalam menentukan harga.
Situasinya
sudah banyak berubah sekarang. Setelah teknologi internet semakin
berkembang, perdagangan saham dilakukan menggunakan internet. Para
investor bisa melihat perkembangan harga-harga saham semua perusahaan
cukup dengan duduk manis di depan komputer. Untuk berdagang saham,
investor cukup sekali “klik” di mouse saja, dan saham akan
terbeli/terjual. Para investor bisa dengan cepat sekali membeli lalu
menjual saham dalam jangka waktu yang sangat singkat; bahkan seringkali
dalam jangka waktu kurang dari 1 menit. Di zaman teknologi internet
seperti sekarang ini, sebisa mungkin orang selalu melakukan efisiensi
waktu. Segala sesuatu selalu diusahakan “secepatnya selesai”. Mengetahui
harga saham harus cepat, proses membeli saham harus cepat, menjual
saham harus cepat, mendapat untung banyak juga harus cepat.
Penulis
berpendapat bahwa di sinilah masalah yang sebenarnya. Akibat sistem
kapitalisme yang dibuat begitu cepat dan mudah tersebut, ekonomi dunia
ini juga jadi cepat terkena krisis. Saat muncul informasi buruk mengenai
ekonomi Eropa, informasi tersebut begitu cepat menyebar kepada
investor, dan investor juga bisa begitu cepat melepas sahamnya; cukup
dengan sekali “klik” di mouse. Tak heran jika ekonomi dunia ini baru
saja pulih dari krisis, malah langsung kena krisis lagi.
Akibat
sistem perdagangan saham yang cepat dan mudah itu pula, perusahaan
seakan-akan hanya menjadi “mesin penghasil uang” bagi para investor.
Seringkali investor bisa memborong saham suatu perusahaan hanya
semata-mata untuk bisa meraih untuk sebesar-besarnya melalui saham
tersebut; bukan untuk mendukung dan memberi modal pada perusahaan
tersebut. Yang namanya memiliki saham suatu perusahaan itu berarti kita
ikut memiliki perusahaan tersebut, maka seharusnya pembelian saham
perusahaan didasarkan pada kecintaan dan dukungan kita pada perusahaan
tersebut; bukan didasarkan pada nafsu mencari keuntungan. Inilah
filosofi investasi yang benar. Saat suatu perusahaan labanya menurun,
para investor biasanya langsung melepas saham perusahaan tersebut, untuk
menghindari kerugian. Tidak ada yang berpikir untuk menanggung
“suka-duka” bersama perusahaan tersebut. Bahkan banyak investor yang
membeli saham suatu perusahaan padahal tidak tahu apapun mengenai
perusahaan tersebut; mengenai produk perusahaan tersebut, kinerja,
lokasi, dan sebagainya; yang mereka ketahui hanyalah bahwa saham
tersebut bisa mendatangkan untung berlipat. Karena hal ini pula kerap
kali terjadi suatu fenomena yang disebut “menggoreng saham”, di mana
para bandar dengan sengaja menaikkan harga suatu saham dengan tujuan
menjualnya besar-besaran saat harganya sudah memuncak, dan dengan
demikian memperoleh keuntungan besar.
Sistem
perdagangan saham online ini juga terlalu ekstrim. Pada perusahaan yang
menunjukkan perkembangan bagus, maka saham perusahaan tersebut bisa
naik dengan cepat, sehingga perusahaan tersebut bisa makin banyak
berkembang lagi. Namun sebaliknya, pada perusahaan yang menunjukkan
penurunan kualitas, perusahaan tersebut akan kehilangan para
investornya, sehingga nasibnya akan semakin buruk lagi; sesuai pepatah
“sudah jatuh tertimpa tangga”. Tak heran banyak perusahaan yang
ragu-ragu untuk melantai di pasar saham.
Saat
keadaan ekonomi dunia sedang baik, para investor akan dengan senang
hati mengeluarkan uangnya untuk berinvestasi di pasar saham. Namun
sebaliknya, saat keadaan ekonomi dunia buruk, perusahaan-perusahaan
sedang “merana”, justru para investor akan enggan untuk berinvestasi,
enggan memberikan modal pada perusahaan-perusahaan tersebut. Padahal
justru di saat ekonomi memburuk itulah perusahaan-perusahaan paling
membutuhkan modal. Ibaratnya, saat seseorang dalam keadaan kaya, para
investor justru memberi uang pada orang tersebut; sebaliknya saat
seseorang itu miskin, para investor justru tidak mau memberinya uang.
Yang dipikirkan para investor tentu saja keuntungan ekonomi dirinya
sendiri, bukan perekonomian dunia. Investasi
tidak lagi dipandang sebagai aktivitas memberikan modal dukungan pada
perusahaan, melainkan sebagai aktivitas memburu keuntungan
sebanyak-banyaknya dalam waktu sesingkat-singkatnya. Karena itu, sistem
kapitalisme ini tidak membuat perekonomian dunia aman; sebaliknya,
selalu berada dalam bahaya laten setiap saat. Tidak ada “tali pengaman”
yang tersedia saat krisis menimpa.
Saat
ini, dunia sudah “dikontrol” oleh pasar modal. Para pemimpin ekonomi
selalu “dipaksa” untuk menuruti kemauan investor. Yunani, Italia,
Spanyol terpaksa melakukan penghematan besar-besaran yang menyengsarakan
rakyatnya, karena jika tidak maka pasar saham seluruh dunia akan
semakin jatuh. Uni Eropa terpaksa mengalirkan dana bailout yang sangat
besar pada Yunani, karena “desakan” dari pasar saham. Dalam lingkup yang
lebih kecil, perusahaan-perusahaan selalu berusaha mencitrakan kondisi
yang baik, agar para investornya tidak lari. Tak jarang terjadi
manipulasi laporan keuangan, untuk menutupi kondisi perusahaan yang
sebenarnya.
Belakangan
ini, di Indonesia muncul wacana untuk menyatukan zona waktu, dengan
tujuan supaya perdagangan saham bisa dilakukan lebih banyak setiap
harinya. Ini adalah salah 1 bukti bahwa Indonesia pun juga sudah
dikontrol oleh pasar modal; banyak hal yang hendak dikorbankan
pemerintah demi pasar modal. Apakah anak-anak yang terbiasa ke sekolah
jam 7 pagi jadi harus ke sekolah jam 6 pagi, demi kepentingan pasar
modal? Apakah perusahaan-perusahaan yang sudah terlanjur menetapkan
jadwal harian harus merombak jadwalnya, demi kepentingan pasar modal?
Artikel ini tidak bertujuan membahas pro-kontra penyatuan zona waktu,
namun wacana penyatuan zona waktu ini adalah contoh yang tepat untuk
menunjukkan betapa dunia ini sudah dikontrol oleh pasar modal.
Penulis
berkesimpulan bahwa sistem kapitalisme online merupakan penyebab
berbagai hal buruk dalam perekonomian dunia. Namun tentu saja sulit
kalau dunia harus mengubah sistem ini, karena sistem ini sudah terlanjur
diberlakukan hampir di seluruh dunia. Untuk mengatasi bahaya-bahaya
kapitalisme online ini, penulis berpendapat bahwa perlu dilakukan
pendidikan dan himbauan khusus pada para investor maupun calon investor
mengenai bahaya ini. Para investor harus sadar bahwa merekalah yang
menentukan kondisi ekonomi dunia. Filosofi investasi yang benar haruslah
ditanamkan. Selain itu, perlu dibuat regulasi pasar modal untuk
mencegah para investor membeli dan menjual saham dalam waktu sangat
singkat. Selain itu, perusahaan-perusahaan juga harus dilindungi supaya
tidak hanya dijadikan “mesin penghasil uang” oleh para investor.
sumber : www.kompasiana.com
No comments:
Post a Comment